Pages - Menu

Jumat, 23 Mei 2014

Seni Ludruk, Kesenian Indonesia Yang Mesti Dilestarikan

Gambar : Kesenian ludruk dari Jawa Timur



Tempo doele, tatkala  saya seusia SD, saya sering sekali melihat tontonan seni ludruk yang diperankan oleh seniman daerah. Tentu saja saya menonton karena diajak orang tua yang kebetulan dari Jawa Timur jadi hoby dengan pementasan tradisional ini.

Luduk adalah kesenian asli Indonesia yang muncul pertama kali dari Jawa Timur dan saat ini sudah berkembang ke beberapa wilayah. Namun pemerannya tetap masyarakat yang berasal dari Jawa Timur yang masih intens mengembangkan kesenian daerah ini. Para seniman yang berasal dari komunitas seni hiburan bertujuan menghibur masyarakat dengan lakon penuh kelucuan dan cerita masa lalu.

Begitu juga para pemainnya, dengan riasan yang juga lucu, mereka bermain seakan-akan tak perlu teks narasi. Kata-kata mereka mengalir dengan spontan namun tetap saja asyik untuk didengar.

Itu dulu, tatkala tontonan tradisional ini masih dianggap menghibur oleh masyarakat. Karena saat ini banyak tontonan tradisional yang justru tergilas zaman. Tontonan tersebut semakin ditinggalkan penghobinya lantaran saat ini berdatangan para pekerja seni dan film-film modern. Dan lebih dari itu, para generasi tua mereka sedikit sekali mewariskan cintanya kepada kesenian tradisional sebagai khasanah kekayaan intelektual Indonesia.

Para generasi muda saat ini lebih cenderung memilih tontonan film dengan format 3D atau 4D, dengan genre horor maupun laga. Semua tontonan tersebut mengalihkan rasa seni mereka pada hasil karya generasi tua mereka lantaran bermunculan format pertunjukan yang lebih modern. Masih mendingan jika tontonan tersebut memiliki misi mendidik, tapi yang mengkhawatirkan jika tontonan tersebut berisi konten porno dan kekerasan. Baik kekerasan seksual, fisik maupun psikis yang justru akan meracuni generasi muda saat ini dan tentu saja berimbas pada generasi muda masa datang.

Kesenian ludruk merupakan kesenian daerah yang berasal dari Jawa Timur, mengusung cerita tentang kehidupan sehari-hari, namun adakalanya berisi lawakan tentang issu-issu yang berkembang saat ini. Jaman dahulu, ludruk sering pula dijadikan media kritik sosial terhadap persoalan masyarakat di sekitarnya.

Sedikit saya membaca literatur tentang ludruk bahwa:

Ludruk adalah suatu kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang dipergelarkan di sebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan, dan sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.

Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski kadang-kadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan nonintelek (tukang becak, peronda, sopir angkutan umum, dll.).
Sebuah pementasan ludruk biasa dimulai dengan Tari Remo dan diselingi dengan pementasan seorang tokoh yang memerankan "Pak Sakera", seorang jagoan Madura.
Kartolo adalah seorang pelawak ludruk legendaris asal Surabaya, Jawa Timur. Ia sudah lebih dari 40 tahun hidup dalam dunia seni ludruk. Nama Kartolo dan suaranya yang khas, dengan banyolan yang lugu dan cerdas, dikenal hampir di seluruh Jawa Timur, bahkan hingga Jawa Tengah.
Ludruk berbeda dengan ketoprak dari Jawa Tengah. Cerita ketoprak sering diambil dari kisah zaman dulu (sejarah maupun dongeng), dan bersifat menyampaikan pesan tertentu. Sementara ludruk menceritakan cerita hidup sehari-hari (biasanya) kalangan wong cilik.
Saat ini, ludruk modern mulai dikenali masyarakat melalui media televisi, internet maupun panggung yang cukup mewah. Meninggalkan kesan kuno yang selalu disematkan kepada produk budaya asli Indonesia ini.

Para pekerja seni semakin tertarik membuat ludruk semakin dikenali tidak hanya ditingkat lokal, namun juga didunia internasional dengan desain yang lebih atraktif dan modern.

Hingga saat ini, geliat ludruk memang masih ada, tapi hanya beberapa orang saja yang mampu menjaga dan melestarikan serta mengembangkan ludruk ini menjadi kesenian dan pentas budaya yang berskala nasional. Tidak hanya kalangan wong cilik saja yang mau melihat, tapi masyarakat kelas menengah ke atas pun gandrung dan cinta akan pementasan ludruk ini.

Semoga kesenian ludruk tetap menjadi budaya daerah yang meng-Indonesia, kesenian yang tak pupus oleh modernisasi zaman dan selalu dicintai oleh semua orang. Salam (maa)

Kutipan:id.wikipedia.ord

Rabu, 21 Mei 2014

Wisata di Lampung Menjanjikan Tapi Kurang Kepedulian

Lampung adalah propinsi yang kaya akan tempat wisatanya, tapi sayang sekali sebagian tempat wisata itu kurang dikelola dengan baik, jadi yang terlihat begitu kotornya tempat wisata seperti pantai lantaran kurang dijaga kebersihannya. (gambar; prajnapramita.wordpress.com)


Sekedar ruang untuk menyampaikan uneg-uneg seorang konsumen yang memanfaatkan salah satu obyek wisata di Lampung, sebut saja Taman Wisata Pantai Mutun dan pantai-pantai lain di Lampung yang sepertinya sudah kondang di tingkat lokal maupun regional.

Di mana keindahan yang dijanjikan sepertinya menjanjikan insan yang rindu akan ketenangan pantai nan indah dan asri berbalut deburan ombak yang menawan sejenak terpana dan terkejut bukan kepalang karena ternyata harapanku untuk mendapatkan pesonanya pun pupus sudah walau tidak boleh dikatakan sia-sia karena mau tidak mau sudah menikmati pantai yang eksotis “katanya” sebagaimana yang disampaikan banyak orang.

Selayaknya sebuah obyek wisata pantai, semua orang beranggapan bahwa di sana terdapat pemandangan yang indah, karena biasanya ketika hendak menuju ke tempat tujuan pasti mengharapkan tempat yang dituju adalah penuh dengan hiburan, pengaturan tamannya yang baik, ruang belanja yang murah dan kebersihan di jaga.

Tapi, sungguh sangat disayangkan kenapa ketika sampai di tempat tujuan ternyata apa yang disuguhkan belum seperti yang diharapkan seperti tata ruang taman yang menurut pendapat penulis kurang baik, harga-harga yang cukup mahal, dan kebersihan yang ternyata jauh dari harapan, di sana-sini sampah berserakan, ditambah lagi penempatan parkir yang tidak tertata apik dan yang aneh lagi di pantai yang semestinya nyaman untuk dijadikan tempat sekedar refressing ternyata juga dipenuhi sampah sehingga sungguh mengganggu citra keindahan sebuah tempat wisata yang kata orang “kondang”.

Entah, apa memang pengelola kurang begitu perhatian dengan aspek kenyamanan pengunjung atau mungkin sekedar pembiaran karena jika dilakukan perawatan secara kontinyu dihitung-hitung akan mengurangi pundi-pundi penghasilan.

Kualitas kenyamanan taman wisata pantai di Lampung yang semestinya selalu mengalami peningkatan baik layanan maupun mutu hiburan yang menjanjikan untuk dinikmati semua orang.

Sebagai seorang pengunjung entah mewakili semua pengunjung atau pribadi hanya bisa memberikan koreksi dan harapan supaya semua obyek wisata di Lampung dapat menjaga kualitas pelayanan lebih khusus perhatiannya dalam pengelolaan sarana bermain dan kebersihan pantainya sehingga diharapkan Lampung menjadi salah satu obyek wisata yang dicintai warga lokal tapi juga regional, nasional maupun kalau bisa mancanegara sekelas Pantai Kuta di Bali atau Pantai Losari di Makassar yang selalu menjanjikan pemandangan yang memanjakan mata meski harga terjangkau tapi kualitas berkelas. Semoga.

Salam