![]() |
Anak dan Ibu tengah bermain puzzle (Sumber: owingslawrenceville.com) |
Dunia modern saat ini, dipenuhi oleh produk mainan yang juga lebih modern. Baik berbentuk software (piranti lunak) atau hardware (piranti keras).
Kecenderungan produk mainan tersebut saat ini terlihat lebih menarik, lantaran desain tiga dimensinya yang cukup apik. Selain karena produk tiga dimensinya yang sangat apik, saat ini penggunaannya juga semakin mudah. Semua orang sepertinya sudah bisa menggunakan permainan ini. Entah kalangan berada maupun kalangan kebanyakan seperti tidak asing lagi jika ditanyakan tentang aneka permainan modern.
Permainan modern yang awalnya game-game sederhana pun saat ini semakin canggih. Permainan yang juga merangsang pemainnya untuk mengerahkan mental yang keras pun sudah tidak asing lagi. Misalnya permainan perang-perangan (game war) yang cenderung menciptakan situasi mental untuk bersifat merusak (destructive) ditambah lagi dengan gaya permainan yang menuntut pemainnya untuk berlaku curang. Lantaran dengan cara curang itu mereka bisa meraih kemenangan.
Di antara ekses negatif tersebut secara perlahan memengaruhi mental generasi muda khususnya anak-anak. Tanpa disadari oleh orang tua permainan brutal tersebut sangat merusak mental anak hingga semakin parah. Dampaknya bisa terjadi secara langsung maupun tidak.
Tapi bagaimana pun bentuk sebuah permainan destructive akan melalui proses panjang seiring perjalanan waktu dan seberapa lama jenis permainan keras (hard game) itu bisa dimainkan, akan memengaruhi kehidupan mereka. Boleh jadi di usia dewasa nanti, lahirlah anak-anak yang keras kepala, keras hati, inginnya menang sendiri dan tentu saja menjadi anak-anak yang brutal.
Kondisi mental anak-anak yang sangat mengerikan, bukan?
Meskipun boleh jadi di antara orang tua menganggap permainan keras tersebut memunculkan mental pemberani dan percaya diri, tapi faktanya justru efek negatifnya malah semakin besar. Ada benarnya alasan anak-anak menjadi pemberani, tapi apalah jadinya jika mereka inginnya menang sendiri dan ingin mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan cara-cara yang tak lazim, misalnya dengan kekerasan.
Sungguh kondisi ini seperti gunung es atau bola api yang siap-siap menerjang peradaban manusia setelah para anak-anak itu bertumbuh menjadi dewasa.
Memberikan permainan edukatif dan merangsang kognisi anak
Di era saat ini, meskipun banyak permainan (game) yang cenderung merusak, ternyata masih ada kog permainan yang justru mendidik anak. Permainan tersebut selain bersifat hiburan, ternyata mengandung kontent edukasi yang sangat bermanfaat bagi anak-anak. Misalnya saja permainan teka-teki silang (cross word), tebak gambar, menjodohkan, dan permainan lain yang lebih bermanfaat yang juga tersedia di perangkat gadget kita.
Ada juga permainan membuat roti atau bercocok tanam sesuai dengan petunjuk, maka anak akan mengenal tentang benda, warna dan kecepatan untuk menyelesaikannya. Semakin anak trampil dan tepat dalam penyelesaiannya, dampak positifnya akan semakin terasa.
Ada juga permaian bongkar pasang (pussel) yang juga merasang rasa ingin tahu serta semangat dan tantangan untuk menyelesaikannya dengan benar. Anak dilatih dengan kejelian di mana meletakkan bagian-bagian yang sudah dipisah-pisahkan itu. Semakin anak terlatih, meskipun diberikan vareasi gambar dan bentuk, maka anak akan mudah menyelesaikannya dengan tepat waktu.
Selain permainan instant yang berasal dari gadget atau komputer, bisa juga permaian dengan melibatkan beberapa anak untuk berkompetisi menyelesaikan meniru huruf menggunggunakan media komputer program Ms. Word. Anak-anak diberikan kesempatan untuk memperolah catatan waktu tercepat bisa menyelesaikan urutan kata baik berurutan maupun abjad yang disusun acak. Tidak terasa anak-anak (usia dini) menjadi lebih tahu jenis-jenis huruf dan nama hurufnya. Mereka dapat melakukannya dengan senang hati dengan melibatkan unsur emosi dan kompetisi yang sagat apik di antara anak-anak tersebut.
Permainan apapun hakekatnya diciptakan semata-mata untuk menghibur, tapi adakalanya justru
aneka permainan itu menjadi mesin pencetak generasi destruktif, meskipun adapula yang menciptakan generasi kompetitif dan mau bersaing secara sehat dengan orang-orang di lingkungannya. Semua dikembalikan pada pengasuh anak, entah guru, orang tua atau lingkungan yang harus bisa memilihkan aneka permainan yang menarik, menyenangkan dan juga mendidik tentunya.
Salam